Thursday, December 22, 2016

When You Are No Longer An Ugly Ducking

Pernahkah kamu merasa bahwa Allah sedang 'melamun' saat menciptakanmu sehingga menciptakan seburuk2nya manusia secara fisik & nasib? 
Kesialan2 sepertinya tidak hentinya menghantui bagai kisah horror tanpa ujung.

Atau hanya dirimu yg berpikir seperti itu?

Well, aku pernah berada di posisimu.

Aku terlahir di tengah prahara. Kehamilan Ibu yg sangat lemah saat itu ternyata tetap membuat ADLIN yg BANDEL ini lahir dalam kondisi yang sehat denganpersalinan normal.

Sebenarnya aku adalah anak kedua dari pernikahan Ayah & Ibu. Tapi kakakku meninggal saat kandungan Ibu berusia beberapa bulan, Dan terjadi lagi 3x lagi setelah melahirkan aku. Well, consider I am LUCKY. 😇

Adlin kecil terlahir dengan kulit hitam, keriting, bibir tebal, hidung pesek besar. Panggilan negro & ambon melekat di diriku sejak kecil. Walaupun kakek, nenek, ayah, & Ibu bilang aku sangat lucu & menggemaskan, aku tidak pernah percaya. Karena pada kenyataannya orang2 menyebut & memanggil aku dengan sebutan yg sangat jauh menurut standar cantik Indonesia. Sungguh membuatku tidak nyaman pada diriku.

Aku menjadi penyendiri, pelit, menutup diri. Adlin balita sudah mulai menutup dirinya. 
When you fight for a better life,  the world will collide to save you

Usia 7 tahun, untuk membantu aku lebih percaya diri, Ibu memasukkan aku ke les berenang (juga untuk meneyembuhkan asmaku). Cukup berhasil (di kolam renang), tapi tidak di tempat lain. Jika mendapat tekanan & bully aku kerap menyendiri, tak jarang amarah yg terpendam membuatku sesak & pingsan. Sungguh sebuah alasan jenius untuk semakin menutup diri.

Usia 11, aku telah mengalami pelecehan seksual yg dilakukan oleh orang dekat yg seharusnya ku percaya & mejagaku. Sebuah rahasia yg aku simpan hingga usiaku 25 tahun. Bukan, bukan karena aku cantik, tapi justru karena tertutupnya diriku menjadikanku sasaran empuk mereka. Lengkap sudah skeptis apatis sarkasmeku pada kehidupan & terutama lelaki (kecuali Ayah, kakek, & adikku).

Hidup tidak pernah bersahabat padaku, itulah menurut pandanganku. Sejak kecil bully demi bully ku telan bulat2. Dari ejekan kulitku yg hitam, rambut keriting, mata yg terlalu besar, bibir tebal & (katanya) monyong lebay, badan yg gendut, sampai betis besar. 

Sebutan tong sampah, truk tronton, betis tales bogor, muka papan penggilesan, ambon, kribo, juwik, jenong, monyong, gembrot, ambon, negro, Rudi (nama salah 1 anak di serial TV The Hukstable) dan masih banyak julukan lainnya yg melekat padaku, menjadi makanan keseharianku. 

Jangan sebut mudah melalui hari2ku dengan kondisi itu. Tapi aku melaluinya dgn berpura2 ceria, bertingkah tomboy, sesekali memakai tatto temporer, bersikap fierce seakan tdk takut apapun. Pantang bagiku menunjukan kelemahanku. Walaupun tak jarang justru hal itu membuat orang gemas & akhirnya kelemahanku terkuak & membuat aku semakin dibully & panggilan CENGENG sempat melekat & disematkan padaku di saat SMA oleh sekelompok groupies.

Aku tidak mau Ibu tau hal itu. Aku selalu berhasil menutupi kondisiku. Tapi ternyata ini adalah sebuah kesalahan. Ibu justru mellihat aku seakan over PD sehingga enggan memujiku & selalu menanamkan padaku bahwa siapun yg memuji aku PASTI ADA MAUNYA.

Pada saat kuliah & bekerja pun aku menjadi target empuk sasaran tembak karena ketidakmampuanku membela diri. Apapun kata2 yg orang lemparkan & sematkan kepada diriku kujadikan lebel diriku. Bukan langkah bijak Dlin...bukan...ini adalah kebodohan yg semakin membuatku terpuruk.
Usia 27 aku menikah dengan seorang lelaki yg belakang aku ketahui tdk melihat diriku dari fisikku saat itu. Seorang duda beranak 4 yg telah beberpa kali menikah dgn wanita2 yg secara fisik SANGAT CANTIK & jauh dr levelku. Awalnya aku tidak pernah percaya padanya. Come on, menjatuhkan standarnya? Ditambah keluarga memincingkan mata padanya krn statusnya.
Tapi Allah berkata lain. Justru Allah kirimkan dia sebagai pembuka mataku.

Awal pernikahan terasa amat sangat berat. Sikap skeptisku & trauma masa lalunya membuat DRAMA panjang di pernikahan kami. Tak sekali dua kali kami hampir bercerai bahkan sempat saling mencekik & berteriak dgn tdk manusiawi. Luka kami di masa lalu menciptakan MAHA KARYA terburuk & KLIMAKS dari rangkaian mimpi burukku sampai aku pernah menimum racun serangga, membenturkan tubuh & kepalaku di tembok hingga memar & berdarah & kehilangan bayiku. Sangat mengerikan. Mengingatnya kembali selalu membuatku bergidik.

Tahun berlalu...kami bertahan...kami belajar memaafkan diri kami & masa lalu kami. Hari2 yg kami lalui trasa semakin baik walaupun ada kalanya kami harus tdk makan beberapa hari & diusir dr kontakan kami. Tapi kami menolak untuk menyerah & semakin mendekatkan diri kami padaNya. Cos US is all that we HAVE.

Percayalah...tidak ada doamu yg tidak dikabulkan oleh Allah, walau kadang terlambat atau dikabulkan dalam bentuk yg berbeda. Air mataku perlahan menjadi senyuman. Pelukanku kini menjadi penyembuh bagi gusar suamiku. Kami dipertemukan untuk saling menyembuhkan.

Sikap positif yg kami usaha tanamkan pada diri kami membawa perubahan pada diri kami secara psikis & mental. Perlahan tapi pasti...Kami belajar saling mempercayai.

Pertemuanku dgn pekerjaan baruku sebagai beauty consultant & restu suamiku membawa hari2ku semakin berwarna. Rasa bahagia & bersyukur lebih banyak mengisi hari2ku kini dibandingkan kesedihan & rasa terasing (yg terkadang masih terselip).

Sikap positif, senyum, & kasih sayang tulus merubahku. Kini aku berani melihat kaca dan menatap mataku & tersenyum...membacakan mantra bahwa aku CANTIK & BERHARGA...AKU BERHAK BAHAGIA.


Hidup adalah perjuangan... Akhir dari kisah akan menjadi bahagia atau tidak, adalah pilihanmu. Jika kamu terus terkungkung pada kesedihan & masa lalumu, maka hingga akhir hayatmu air mata kepedihan akan menjadi teman setiamu...

Be you...be happy...because you deserve it...



Jakarta, 22 Desember 2016, 00.01
For you with love💕
ADLIN HAFIDZA


No comments:

Post a Comment